Saturday, October 27, 2012

Janggal yang Mengganjal

Andrea: It's a busy day. And my personal life is hanging by a thread, that's all. 
Nigel: Well, join the club. That happens when you start doing well at work, darling. Let me know when your whole life goes up in smoke. That means it's time for a promotion. (The Devil Wears Prada, 2006)

Adegan itu selalu kamu ulang ketika bosan. Mendapati diri sendiri terpaku dalam tali menggantung sama sekali tidak mengenakkan. Hidupmu terpasung, sedangkan yang lain berlalu dengan dada membusung, diikuti rangkaian kertas warna-warni sebagai tanda gempita prestasi.

Terlalu banyak kejanggalan yang menusuk seperti bau durian, katamu seraya menatap pasir berhamburan. Awalnya, kamu tidak memedulikan nada-nada sumbang yang bernyanyi riang. Pikirmu, toh meski semua orang suka musik, tidak seluruhnya pandai bernyanyi. Kamu maklum, tapi akhirnya tetap menggerutu.

Cacing Kepanasan.

“Bayangkan, aku harus tahan mendengar nyanyian mereka selama berjam-jam setiap hari. Semuanya bernyanyi lagu sama dengan nada berbeda. Aku harus bagaimana?”

Aku tersenyum melihat kepanikan menempel rapi di keningmu. Bulir-bulir keringat dingin itu menetes seiring napasmu yang semakin cepat. Saranku terangkum dalam kalimat berikut: “Jangan berlari, hadapi saja. Pakai earphone andalan dan dengarkan playlist kesukaanmu. Buat mereka seolah bernyanyi dalam sunyi.”

“Aku benci durian, kamu tahu itu. Aku juga berharap orang tidak asal bernyanyi, tanpa mengerti apa arti bunyi.”

Take it or leave it, dear. The choice is yours.”

Dan kali ini kamu memandangku tajam. Ada pisau di sana yang siap menikamku dalam temaram. Semoga saja ini tidak memaksaku untuk kabur tengah malam.

No comments:

Post a Comment