Seratus. Kalau itu uang dalam rupiah, mungkin tidak ada harganya lagi. Beli permen tak mampu, kasih pengemis atau pengamen pun terasa ragu. Tidak banyak yang bisa dilakukan dengan uang seratus rupiah, kecuali menggenapkan sesuatu.
Seratus. Kalau itu jarak yang harus ditempuh dalam kilometer, mungkin habis sudah dua jam perjalanan. Jakarta-Bandung. Dilewati sejak pintu Tol Cikarang hingga masuk Tol Pasteur. Bisa saja macet ataupun lancar. Yang jelas, perjalanan rasanya lurus dan panjang.
Seratus. Kalau itu umur, berarti sudah seabad hidup di bumi. Apa rasanya hidup dalam usia larut senja? Apa rasanya saat jumlah keriput di raga sudah tak terhingga? Apalagi jika orang-orang sebaya sudah tiada.
Menghitung mundur rasanya amburadul. Seratus itu perlahan berganti menjadi lima puluh, lalu sepuluh, hingga satu, dan akhirnya nol. Lalu apakah memulai lembaran baru atau bertahan dengan masalah yang sama? Thought you know me so well, but you're not.
![]() |
Image from here. |
No comments:
Post a Comment